Dan saya menulis untuk berbagi.. Untuk menjadi abadi, juga menunjukan eksistensi bahwa saya pernah ada di bumi ini..

Tuesday, August 15, 2006

Khayalan Kamar Mandi

Hari ini seperti hari-hari yang lain, bukan berarti aku membenci hari-hariku – tetapi mungkin aku memang tidak berada di waktu dan tempat yang tepat. Pagi ini dimulai dengan kegelisahan yang sebenarnya sudah bisa aku rasakan di malam-malam sebelumnya. Bukan lalu aku menjadi tidak produktif, tetapi justru menghasilkan beberapa tulisan pesimistik yang mungkin suatu saat akan membantuku mencapai tujuan akhirku. Entah kapan, dan dimana.

Ketidakjelasan yang akhir-akhir ini selalu menemani aku melangkahkan kaki menjadi semakin tidak jelas. Bukan secara nyata, karena aku tetap berada di bumi, tetap menjalankan hari-hariku dan tetap mendapatkan upahku setiap bulan – yang bukan dari hasil kerja kerasku karena aku tidak mengikutsertakan seluruh hati dan jiwaku. Mungkin lebih kearah ketidakpahaman akan hidup. Aku masih mencari-cari, masih mengais-ngais. Aku masih bermimpi. Dan mimpi-mimpiku itu tentang jalan-jalan yang sepertinya tidak pernah berujung.

Aku tidak pernah ingat kapan mulai terlintas diotakku, aku sering mengibaratkan diriku sendiri seperti seonggok kapas yang pernah tercebur kedalam air entah untuk berapa lama yang kemudian dijemur dipaparan sinar matahari jakarta. Kerontang. Tanpa nyawa. Kosong dan terombang-ambing tanpa tujuan yang tertulis.

Aku seperti merasa kehilangan sebagian dari jiwaku. Padahal bahkan akupun tidak pernah tau apakah aku pernah memilikinya atau tidak. Karena selama ini yang aku jalani bukan murni keinginan diri. Hanya mengarah pada satu tujuan, tanpa peduli aku suka atau tidak. Bukannya lalu aku menjadi sarkastik dan kemudian mempertanyakan eksistensi Tuhan didalam kehidupan yang menurutku lumayan nyata ini. Bukan demikian.

Mungkin memang apa yang aku jalani selama ini telah memiliki skenario tingkat tinggi. Walau aku harus terus memainkan semua peranku, tapi jujur – aku tidak pernah sekalipun diberikan kesempatan untuk mempelajari semua peran yang aku mainkan. Apalagi untuk memilih. Padahal kehidupan yang mahaluas ini terlalu indah untuk hanya dinikmati melalui satu peran yang sama dalam kurun waktu yang pastinya tidak bisa dibilang singkat.

Seandainya aku dilahirkan lagipun, aku tetap tidak tau ingin dilahirkan sebagai apa. Pernah terpikir ingin menjadi burung. Terbang lepas. Tinggi hampir menyentuh awan. Dan tentunya bebas menentukan pilihan. Tapi aku masih terlalu takut untuk menentukan semuanya sendiri. Bagaimana kalau aku ternyata terbang terlalu jauh, atau bahkan aku terbang terlalu tinggi. Lalu aku kemudian memilih untuk menjadi diriku lagi. Tentunya dengan beberapa tujuan yang dapat aku pilih sesuai keinginan diri. Seperti khayalanku pagi ini yang tidak mungkin terwujud untuk kembali ketempat tidur mengenakan selimut hangat dan bantal empuk setelah selesai melakukan ritual mandiku yang menurutku monoton setiap hari.